Dilema

Juni 23, 2015
Aku untuk kamu, kamu untuk aku namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda. tuhan memang satu, kita yang tak sama. haruskah aku lantas pergi, meski cinta takkan bisa pergi. Sepenggal lagu yang mungkin dapat menggambarkan suasana hati sahabat saya. cerita ini datang dari sahabat saya, sebut saja lia (bukan nama sebenarnya). saya mengenal lia sudah cukup lama, sejak kami masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. walau kami tidak satu sekolah tapi kami cukup dekat. sebenarnya cerita ini sudah lama sekali, hanya saja saya teringat kembali saat mendengar lagu peri cinta ku. kisah ini berawal saat lia masuk kelas tari di salah satu sanggar, sedikit informasi lia dan saya pertama kali bertemu di sanggar ini, saat kami sama-sama belajar menari. di sanggar kami tidak hanya ada kelas menari saja, tapi ada kelas musik, melukis, teater, dan masih banyak lagi. kembali ke cerita, lia adalah salah satu murid yang paling berbakat di kelas kami, tak jarang lia sering di tunjuk untuk mewakili sanggar di berbagai perlombaan tari. suatu hari sanggar kami mengadakan pertunjukan. dan dalam pertunjukan tersebut semua kelas harus berkolaborasi. disinilah cerita yang sesungguhnya di mulai, lia di tunjuk sebagai leader untuk kelas menari. lia harus merencanakan dan mempersiapkan semua hal yang berhubungan dengan kelas tari. mulai dari tema, kostum, koreografi, dan masih banyak lagi. walau semua sudah mendapat tugas masing-masing, tetap saja lia yang paling sibuk. karena, lia sebagai leader. lia harus mendiskusikan semuanya tidak hanya dengan kelas tari tapi juga dengan kelas lain, mengingat pertunjukkan ini adalah pertunjukan kolaborasi. dari sinilah akhirlah lia mengenal dimas (bukan nama sebenarnya), dimas ini adalah leader kelas melukis. tidak butuh waktu lama untuk mereka akrab, mungkin karena lia gadis yang pering. lanjut lagi, lia mengemukakan usulnya kepada dimas, untuk pertunjukan nanti, kelas melukis lah yang harus mendesain panggung, dan membuat spesial efek, dimas mensetujui usul lia. akhirnya dari kebersamaan itulah  tumbuh benih-benih cinta. seperti orang jawa bilang "tersna jalaran sangka kulina". namun sayang hubungan mereka tidak berjalan lama. awalnya saya tidak tahu alasan mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. dari desas desus yang saya dengar dari teman-teman di sanggar bahwa ada orang ketiga, ada juga yang mengatakan bahwa dimas melanjutkan kuliah di luar negeri. namun, ternyata semua kabar itu hanya kabar burung yang tidak bisa di percaya. setahun setelah kami lulus dari sanggar. lia bercerita bahwa mereka berdua mengakhiri hubungannya karena beda keyakinan. saya terkejut mendengar perkataan lia, karena jujur tidak ada satu orangpun di sanggar yang mengetahui bahwa mereka berbeda keyakinan. dan beberapa hari yang lalu, saya iseng menghubungi lia,  dari sinilah lia bercerita tentang dimas yang hadir lagi dan mengajak kembali. lia meminta saran kepada saya, sedangkan saya sendiri juga bingung mau memberi saran apa. akhirnya saya menemukan saran yang menurut saya pribadi tepat, untuk ukhti lia sahabat ku pacaran dalam islam tidak di perbolehkan jangankan beda agama, untuk yang satu agama saja tidak di perbolehkan. mungkin untuk yang menganggap semua agama sama akan menganggap bahwa sah-sah saja pacaran beda agama. namun tahukah ukhti anggapan yang seperti inilah yang keliru. yang tidak berlandaskan wahyu. Dalam Al Qur’an yang menjadi pegangan umat Islam disebutkan, “Agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imran: 19). Dalam ayat lain, Allah Ta’ala menyebutkan, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali Imran: 85). Juga disebutkan dalam ayat yang menyebutkan tentang kesempurnaan Islam, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Ma’idah: 3).
Kalau dikatakan bahwa Islam itu diridhoi dan di awal ayat disebutkan bahwa Islam itu telah sempurna, berarti menunjukkan bahwa ajaran selain Islam tidak diterima. Jadi, hanya Islam yang diterima di sisi Allah. Jika demikian, apakah pantas dikatakan ‘semua agama sama’, padahal Allah sendiri katakan tidak. ukhti lia cinta itu tidak harus memiliki, yang lalu biarlah berlalu. jadikanlah pembelajaran hidup. jika ingin mencari pendamping hidup carilah  yang satu keyakinan, yang dapat membimbing menuju jannah. tetap semangat ukhti, selalu istiqomah. dan percayalah bahwa janjiNya pasti.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.